Kamis, 30 Juni 2022

Geologi Regional Lembar Pasangkayu, Sulawesi

 


Geomorfologi Regional
Secara umum morfologi Lembar Pasangkayu dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi (Hadiwijoyo, dkk, 1993), yaitu : dataran rendah, perbukitan dan pegunungan. Dataran rendah menermpati wilayah bagian Barat, satuan ini tersebar hampir di sepanjang pesisir dan melebar di sekitar muara Sungai Lariang. Tingginya berkisar dari 0 sampai 50 meter di atas permukaan laut, dengan lereng sangat landai hingga datar.

Wilayah perbukitan tersebar di bagian tengah lembar, memanjang dari arah Utara sampai Selatan dan umumnya berlereng landai hingga curam, ketinggiannya berkisar dari 50 m hingga 500 m di atas permukaan laut. Di sekitar lembah Palu satuan ini menempati daerah yang sempit diantara dataran rendah dan pegunungan, diantaranya di sekitar Bora, Bombaru hingga Bomba atau Kulawi.

Wilayah pegunungan menempati sebagian besar daerah pemetaan, terutama di bagian Timur lembar, membujur dengan arah utara – selatan, dan melebar di bagian Selatan. Satuan morfologi ini umumnya berlereng terjal, mempunyai ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Puncak – Puncaknya berketinggian antara 1.500 meter dan 2.250 meter di atas permukaan laut.

Stratigrafi Regional
Daerah penelitian umumnya disusun oleh Formasi Pasangkayu (TQp). Secara stratigrafi Formasi Pasangkayu menindih tidakselaras dengan Formasi Lariang (Tmpl) yang di bawahnya dan dibagian atas ditindih secara tidakselaras Formasi Pakuli (Qp) serta endapan Aluvial.

Formasi Lariang terdiri dari perselingan konglomerat dengan batupasir. Sisipan batulempung dan setempat tufa (Hadiwijoyo, dkk, 1993). Formasi Lariang ini sebanding dengan Molasa Celebes yang bercirikan batuan klastika berbutir lebih halus. Batuan Molasa ini terdiri dari konglomerat, batupasir, batugamping koral dan napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Umur satuan ini dari Miosen Akhir – Pliosen.

Formasi Pasangkayu terdiri dari perselingan batupasir dengan batulempung, setempat bersisipan konglomerat dan batugamping. Penyebaran batuan Formasi Pasangkayu menempati areal sekitar Ibukota Pasangkayu yaitu bagian Barat dari wilayah Kecamatan Pasangkayu dan di bagian Selatan memanjang dari sekitar Sungai Lariang yaitu di bagian tengah wilayah Kecamatan Baras memanjang dan melebar hingga ke bagian tengah wilayah Kecamatan Sarudu di Selatan. Umur Satuan ini Pliosen – Plistosen (Hadiwijoyo, dkk, 1993).

Endapan Aluvial terdiri dari endapan aluvial sungai, endapan rawa, endapan aluvial pantai, penyebarannya menempati dataran rendah di pantai Barat Kabupaten Mamuju Utara. Memanjang dari selatan di sekitar muara Sungai Karossa hingga dataran rendah di Utara disekitar muara Sungai Lariang. Umur satuan ini Holosen (Hadiwijoyo, dkk, 1993).

Calvert dan Hall (2003) telah melakukan studi detail dan pemetaan geologi wilayah Lariang dan Karama termasuk daerah penelitian dengan mengusulkan nama Formasi baru yaitu Formasi Lisu yang oleh peneliti terdahulu dipetakan sebagai Formasi Pasangkayu dan Formasi Lariang. Formasi Lisu terdiri dari perselingan batulempung, batupasir dan batupasir konglomeratan. Tebal Formasi ini sekitar 2.000 meter yang berumur Miosen Awal bagian Akhir sampai Pliosen Awal.

Struktur Geologi Regional
Pulau Sulawesi merupakan wilayah di Indonesia yang mempunyai proses pembentukan yang kompleks. Pulau ini adalah hasil bentukan dari pertemuan tiga lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Benturan ini pula yang menyebabkan Pulau Sulawesi berbentuk huruf “K” (Katili, 1978).

Secara regional pada daerah penelitian struktur geologi yang berkembang dipengaruhi oleh tiga arah tegasan utama, yaitu berarah Timurlaut – Baratdaya, Baratlaut – Menenggara, dan berarah Utara – Selatan (Calvert and hall, 2007). Tegasan utama ini membentuk struktur perlipatan dan sesar-sesar yang terekam pada batuan-batuan Mesozoikum. Letak Sungai Lariang yang terlihat sekarang ini dikontrol oleh tegasan utama yang berarah Baratlaut – Menenggara yang diinterpretasikan berhubungan dengan pembentukan Sesar Palu-Koro (Sukamto, 1975 dalam Calvert and Hall, 2007).

Proses pemekaran selat Makassar yang berlangsung sejak Kala Miosen Tengah (Weissel, 1980; and Rangin et al., 1990 dalam Wilson, 1998) mengakibatkan terbentuknya half graben pada bagian Barat dari lengan Sulawesi Barat. Memasuki Kala Pliosen Awal hingga Plistosen terjadi proses deformasi yang menyebabkan batuan – batuannya mengalami perlipatan dan pensesaran yang kemudian membentuk topografi dengan elevasi yang tinggi pada sebagian besar daerah sebelah Timurnya (Calvert and Hall, 2003).

Lihat dan Download Peta Geologi Lembar Pasangkayu : klik disini!!!

Previous Post
Next Post

0 comments: